19 July, 2007

THE PAMALI FAMILIES' TRIP TO NIAGARA FALLS

NIAGARA FALLS



Bagi penganut prinsip ‘Pamali’, setiap long weekend harus dimanfaatkan dengan sebesar-besarnya, karena ‘pamali’ kalau dibiarkan berlalu begitu saja. Oleh karena itu jauh-jauh hari beberapa keluarga penganut prinsip ‘Pamali’ ini berkomplot dan membuat rencana perjalanan ‘agak jauhan’ (nggak sedekat Harriman, tapi nggak sejauh Indonesia).

Dari hasil rembukan, the Pamali Families ini akhirnya sepakat memilih Niagara Falls di sebelah sisi Kanada sebagai tujuan wisata. Tujuan sudah ditentukan, mulailah para suami meriset hal-hal yang berkenaan liburan kali ini, antara lain informasi mengenai Niagara Falls, memilih rute perjalanan serta mencari akomodasi mengurus via internet dan teman-teman yang telah berpengalaman. Visa diurus, hotel dipesan, peserta didata. Sementara para ibu mengurus kostum (penting loch!), konsumsi (demi kesejahteraan keluarga) dan pernak pernik lain.

Dari hasil sensus, peserta rombongan adalah keluarga Ira Petranto, Tanti Rachmat, Donna Febrian, Elly Fernando Alwi, Dewi Arto dan Yanti Kadir. Total peserta adalah …. orang, dengan peserta termuda berusia 1 tahun 8 bulan.

Berangkat pada tanggal 25 Mei 2007 pukul 5.15 pagi, rombongan dibagi dua agar efektif. Ternyata benar, belum jauh rombongan kedua berhasil nyasar. Tapi Alhamdulillah kami bertemu lagi di sebuah rest area sehingga bisa sarapan bersama sambil ‘meluruskan kaki’. Asyiknya mencicipi snacks bikinan sendiri. Nyam…nyamm…

Setelah sarapan, perjalanan sebenarnya dimulai. Pemandangan tidak membosankan karena rute yang dipilih adalah melalui kota-kota kecil. Sejauh mata memandang pepohonan dan rerumputan nan menghijau, awan putih di langit nan biru. Cuaantiiik… Sejenak terlupa akan Manhattan yang padat dan sesak.

Selama perjalan, rombongan kendaraan harus melalui beberapa jalan tol, maka pemakaian kartu Eazy Pass amat menghemat waktu. Hal ini disadari setelah ketahuan salah satu peserta tidak mempunyai kartu Eazy Pass. Tapi namanya juga Mas Kadir Jailani, beliau malah tertawa karena sukses ‘ngerjain’ teman-teman, menunggu beliau di tiap pintu tol. Beberapa kali kami juga berhenti untuk mengisi bensin, sekaligus menghindari kebosanan dan kelelahan berkendara, plus melepaskan ‘tuntutan’ di toilet. Huih legaaa..

Rombongan berhenti lagi untuk makan siang di sebuah rest area. Sekali ini yang keluar adalah nasi beserta lauk pauk, ada daging balado, sarden, teri kacang, rempeyek, krupuk, dll. Yang lucu, hampir semua ibu kompak membawa rendang dengan pertimbangan agar tidak gampang basi. Jadilah kami ‘Juri Randang Salero Maktuo’ dadakan.


Warung 'Salero Maktuo'


Memasuki wilayah Kanada, kami mempersiapkan paspor. Pemeriksaan berlangsung cepat dan lancar. Pertanyaan basa-basi dijawab dengan jawaban standar. Gedung imigrasi ini tidak jauh dari hotel tempat kami menginap. Setelah mengurus check in, kami masuk ke kamar masing-masing. Satu keluarga menempati satu kamar. Para ‘mbak’ ngeriung di satu kamar.



Lobby Hotel The Brock. Baris depan dari ki-ka Ny. Elly Fernando, Ny. Ira Petranto, Ny. Donna Febrian, Ny. Tanti Rachmat. Baris belakang dari ki-ka Ny. Yanti Kadir, Ny. Dewi Arto .


Setelah menata koper dan barang bawaan lainnya, tak sabar kami ingin melihat air terjun yang kesohor ini. Satu per satu anggota rombongan dan keluarganya keluar dan berfoto dengan latar belakang hotel tempat kami menginap. Hotel The Brock ini adalah hotel bersejarah. Cerita tentang hotel ini nanti ya…

Nama Niagara konon berasal dari bahasa indian Iroquois ‘Onguiaahra’ yang berarti ‘Selat’. Penduduk asli wilayah ini adalah suku Ongiara, bangsa indian Iroquois. Para pendatang awal dari Perancis menyebut suku Ongiara sebagai suku ‘Netral’ karena mereka sering berfungsi sebagai penengah perselisihan di antara suku-suku yang ada.

Niagara Falls yang berada di sebelah Timur Amerika Utara, yaitu di perbatasan negara Kanada (Propinsi Ontario) dan Amerika Serikat (Niagara County, New York) ini terdiri dari tiga buah air terjun yang bernama Horseshoe Falls di Kanada, American Falls dan Bridal Veil Falls yang lebih kecil di AS. Horseshoe Falls, yang memang berbentuk tapak kuda, mempunyai ketinggian 52 dan lebar 792 m. Bandingkan dengan American Falls yang tingginya hanya 21 m dan lebar 323 m.

Tak sabar hati ini untuk mendekati air terjun dan mengabadikan diri di depannya. Kami segera mengambil posisi di depan air terjun terdekat, American Falls yang berada di wilayah AS. Foto di bawah ini diambil oleh fotografer kami, mas Kadir Jailani. Cantik-cantik kan?



Berpose di depan American Fall dari kiri-kanan Ny.Ira Petranto, Ny.Tanti Rachmat, Ny.Donna Febrian, Ny. Yanti Kadir, Ny. Dewi Arto, Ny. Elly Fernando Alwi.


Setelah puas berfoto, kami memutuskan untuk mencoba naik boat yang akan membawa kami hingga ke tengah pusaran air Horseshoe Falls. Boat yang beroperasi sejak tahun 1846 merupakan atraksi turis yang tertua dan paling terkenal di Niagara Falls, bernama Maid of the Mist yang mengambil nama dari karakter mistik Indian Ongiara kuno.

Tiket boat ini adalah sebesar Can$14.00 untuk dewasa, Can $8.60 untuk anak usia 6-12 tahun, sedangkan anak di bawah usia 5 tahun tidak dikenai bayaran (bandingkan dengan harga tiket di wilayah AS: US$12.50 untuk dewasa dan US$ 7.30 untuk anak usia 6-12 tahun).
Sebelum menaiki boat, para penumpang dibagikan semacam jas hujan sekali buang yang terbuat dari plastik berwarna biru. Yang gengsi mengenakan jas hujan ini, dijamin basah kuyup. Dengan excited, kami semua menaiki dek boat. Boat perlahan-lahan melewati American Falls. Kami masih leluasa mengambil foto di depan air terjun yang satu ini. Kami bisa melihat antrian turis calon penumpang boat di wilayah AS.

Penumpang Maid of the Mist di depan American Falls


Pelan tapi pasti boat membawa kami menuju Horseshoe Falls. Disini penulis merasa terharu melihat dahsyatnya air terjun ini, sekaligus mengucapkan kebesaran nama Allah SWT yang telah menciptakannya dan memperkenankan kami berada disana untuk menyaksikan kemegahannya dari dekat sekali. Perasaan yang bercampur aduk ini kalau diresapi akan berakhir pada ketenangan dan keheningan yang tiada akhir.

Penulis Charles Dickens menggambarkan perasaannya sewaktu berada disana: “ Then, when I felt how near to my Creator I was standing, the first effect, and enduring one – instant and lasting – of the tremendous spectacle, was Peace. Peace of Mind, tranquility, calm recollections of the Dead, great thoughts of Eternal Rest and Happiness: nothing of gloom or terror. Niagara was at once stamped upon my heart, an Image of Beauty; to remain there, changeless and indelible, until its pulses cease to beat, for ever”.



Maid of the Mist di Horseshoe Falls.


Cukup lama kami dibiarkan merasakan sensasi seolah-olah akan memasuki air terjun. Cipratan air membasahi seluruh penumpang di dek dari kepala, hingga kaki. Hal ini membuat kami berpikir dua kali untuk mengeluarkan kamera. Setelah cukup menikmati Horseshoe Falls, boat membawa kami kembali ke dok.

Selain sebagai tujuan wisata, Niagara Falls juga menjadi tempat pasangan berbulan madu. Pengunjung Niagara Falls meningkat tajam pada tahun 1953 setelah pemutaran film Niagara yang dibintangi si seksi Marilyn Monroe. Kemudian pada tahun 1980-an film Superman II mengambil lokasi disini, begitu pula ilusionis David Copperfield pada tahun 1990 pernah melakukan pertunjukan dengan trik seakan berjalan di atas Horseshoe Falls. Yang terakhir, pada tahun 2006, air terjun ini muncul pada film Pirates of the Caribbean: At World’s End.

Rombongan kemudian terpisah karena beberapa ingin melihat yang satu dan yang lain ingin pergi ke tempat yang berbeda karena banyaknya dan beraneka ragamnya atraksi turis. Ada Journey Behind the Falls dimana kita dapat melihat air terjun Horseshoe Falls tepat di bawahnya. Sepanjang Queen Victoria Park terdapat beragam toko, dan tempat-tempat atraksi. Ah, pokoknya tidak ada habisnya deh.


Rombongan "the Pamali Families" di hari kedua


Pada hari kedua, rombongan bersama-sama memasuki Skylon Tower yang merupakan landmark terkenal disitu. Menara setinggi 520 m ini dibuka pada tahun 1965 oleh Gubernur New York, Nelson Rockefeller dan Gubernur Ontario John Robarts. Yang menarik, ternyata menara ini dibiayai (sebesar $7 juta) oleh pemegang saham perusahaan coklat terkenal Hersey, Charles Richard Reese (dulunya pemilik pabrik permen Reese’s Peanut Butter Cups dan Kit Kat di AS). Pengunjung dibawa dengan lift hingga ke pucuk menara dalam 52 detik. Penumpang dapat menikmati pemandangan melalui kaca lift. Mungkin untuk ukuran jaman sekarang bukan hal aneh lagi, tapi ingat, lift ini dibangun pada tahun 1965 lho.



Penulis Memandang dari Skylon Tower dengan latar belakang Horseshoe Falls

Selain beberapa atraksi tambahan seperti teater 3D/4D, arena bermain, Starbuck, toko cindera mata, dan Fallsview Casino, menara ini mempunyai dua buah restoran yang salah satunya, Revolving Dining Room dengan kapasitas 276 orang, berputar setiap jamnya. Dek observasi berada di pucuk menara dimana kita bisa melihat pemandang sekeliling hingga jauh. Adakah yang ingat film Superman II? Katanya Skylon Tower ini ada di film tersebut. Bener gak sih?

Skylon Tower


Setelah itu rombongan berpisah ke tempat-tempat lainnya. Kami mengunjungi museum Ripley’s Believe or Not dan beberapa tempat lainnya, sementara keluarga lain mengunjungi tempat-tempat hiburan lainnya. Beberapa dari anggota rombongan tertarik untuk ‘Uji Nyali’ di rumah hantu yang katanya betul-betul menakutkan.

Dalam ruangan gelap gulita, pengunjung meraba-raba dan juga diraba-raba serta dicolek-colek sesuatu sehingga beberapa di antaranya betul-betul ketakutan. Foto yang diambil secara sembunyi berhasil mengabadikan ekspresi wajah bapak-bapak di ruangan gelap gulita itu. Ada yang berwajah was-was (“Jangan-jangan kita tersesat nih?”) , kaget (“Ha? Apa itu yang nyolek saya?”) dan ngeri (“Drakula apa kuntilanak sih?”). Tapi walaupun begitu, mereka adalah The Survivors. Sementara yang tidak tahan,diwajibkan berteriak, “I’m a chicken!” sebelum dipersilakan keluar.

Malam harinya, ternyata ada pertunjukan kembang api di air terjun yang dapat dilihat dari arah Hotel. Banyak juga pengunjung yang ngeriung di tempat kita menonton air terjun. Sayang penulis terlambat datang.

Hari ketiga, pagi-pagi kami sudah bersiap-siap untuk pulang. Memang masih banyak belum sempat kami kunjungi, terutama di luar wilayah Niagara Falls, tapi besok sudah hari kerja/sekolah. Sedikit banyak para ibu juga agak khawatir karena persediaan makan semakin menipis, sementara biaya makan di Kanada termasuk tinggi (dibandingkan New York) dengan hitungan pajak berganda.

Perjalanan pulang cukup menyenangkan. Sekali ini mobil penulis yang nyelonong sendiri hingga peserta rombongan harus menanti. Makan siang dilakukan di pinggir sungai. Dengan was-was kami membuka persediaan lauk yang sudah menipis. Untunglah masih cukup buat seluruh rombongan.

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, kami sampai di kediaman masing-masing dengan selamat. Letih lelah dapat hilang segera, tapi kenangan indah tetap tersimpan selamanya.



THE BROCK PLAZA HOTEL


Penulis dan keluarga di depan Hotel The Brock.


Berada di sisi Kanada dari Sungai Niagara, pas di depan air terjun, hotel yang dikenal sebagai ‘Grand Lady of Niagara Falls’ ini dibangun pada awal Januari 1929 oleh Phillip G. Bender. Diberi nama THE BROCK untuk menghormati pahlawan besar Kanada, Mayor Jenderal Sir Isaac Brock. Phillip G Bender sendiri adalah salah satu pemukim pertama di kota yang sekarang bernama City of Niagara Falls, Ontario. Karena kesetiaan dan jasanya, ia dianugerahi sebidang tanah luas, yang kemudian menjadi 390 acres.

Para raja/ratu, bangsawan dan negarawan yang pernah tercatat pernah menginap atau sekedar mampir di hotel ini antara lain King George VI dan isrinya, Queen Elizabeth; Queen Elizabeth II (sewaktu belum diangkat menjadi ratu) dan suaminya; Raja dan Ratu Nepal, mantan PM Kanada Pierre Trudeau, Princess Margaret, PM Kanada Paul Martin. Sementara selebritis yang pernah tercatat adalah Walt Disney, Marilyn Monroe (selama pembuatan film ‘Niagara”), Gene Autry, Shirley Temple, Angelica Houston, Jessica Tandy, Bridgette Fonda, Matt Dillon, Matthew Perry, Bruce Willis, Sylvester Stallone dan Jackie Chan.

Walaupun cukup berumur, hotel berjumlah kamar sebanyak 233 dengan lobby yang elegan ini tetap cantik, nyaman dan bersih. Tempat parkir luas, lobby cukup indah, tempat tidur empuk dan berada tepat di depan Niagara Falls. Harum semerbak kopi Starbuck di lobby mengundang kami setiap pagi. Selain lokasinya yang strategis, dekat dengan toko, restoran, café, dan tempat-tempat hiburan; hotel ini mempunyai kolam renang indoor, whirpool, sauna, Fitness Center dan masih banyak lagi. Dalam beberapa langkah kita sudah berada di depan air terjun. Melangkah lebih jauh, kita sudah berada di berbagai tempat hiburan dan makanan. Pokoknya gak nyesel deh menginap disana.

(Ny. Donna Febrian)

No comments: